Sejarah Cincin Kawin

Sejarah Cincin Kawin

Price:

Baca selengkapnya

Sejarah Cincin Kawin



Astronom besar Italia, Galileo Galilei, mengolah teleskopnya yang kecil dan paling primitif ke langit berbintang pada 1610, dan menjadi orang kesatu yang meneliti cincin Saturnus. Meskipun refleksi dari cincin menambah kecerahan Saturnus, mereka tidak dapat dicermati dari Bumi dengan mata telanjang, dan Galileo tidak dapat meneliti mereka dengan lumayan baik untuk mengejar sifat pribumi mereka.

Galileo mencatat dalam suatu surat untuk Duke of Tuscany bahwa "planetnya Saturnus tidak sendirian, namun terdiri dari tiga, yang nyaris saling menyentuh dan tidak pernah bergerak atau berubah berkaitan dengan satu sama lain." Pada tahun 1612, cincin tersebut sepertinya hilang. Ini sebab bidang cincin-cincin tersebut berorientasi tepat di Bumi. Galileo bingung dan bertanya-tanya apakah Saturnus "menelan anak-anaknya?" Di sini, Galileo Cincin Kawin merujuk pada mitos Yunani dan Romawi di mana Saturnus (Yunani, Cronus), melahap anak-anaknya sendiri untuk menangkal mereka menggulingkannya. Namun, yang mencengangkan Galileo, struktur membingungkan muncul berpulang kepada 1613.

Matematikawan dan astronom Belanda, Christiaan Huygens, pada 1655, menjadi orang kesatu yang mencerminkan struktur mengherankan ini sebagai piringan yang berputar di dekat Saturnus. Huygens menjangkau ini dengan memakai teleskop yang dia bikin sendiri. Teleskop mula ini, primitif laksana yang telah pasti, lebih baik daripada yang dipakai Galileo. Karena itu, Huygens dapat meneliti Saturnus, dan ia menulis bahwa cincin tersebut dikelilingi oleh cincin datar dan ramping yang tidak bersentuhan langsung dengan Saturnus, dan ingin ke ekliptika. Ilmuwan Inggris Robert Hooke pun seorang pengamat mula cincin Saturnus.

Astronom Italia Giovanni Domenico Cassini menilai bahwa cincin Saturnus terdiri dari tidak sedikit cincin yang lebih kecil dengan celah salah satu mereka. Cassini mengerjakan pengamatan spektakuler ini pada tahun 1675, dan celah terbesar ini kesudahannya dinamai guna menghormatinya - Divisi Cassini. Divisi Cassini terletak salah satu cincin-A dan cincin-B, dan lebarnya 4.800 kilometer.

Data yang didapatkan dari wahana angkasa Cassini mengindikasikan bahwa cincin Saturnus mempunyai atmosfer sendiri yang tidak terbelenggu dengan kepunyaan planet mereka. Atmosfer ini terdiri dari gas oksigen molekuler yang terbentuk Cincin Tunangan saat sinar ultraviolet yang mengalir terbit dari Matahari anda berinteraksi dengan es air cincin. Reaksi kimia yang terjadi antara fragmen molekul air, bareng dengan interaksi ultraviolet tambahan, menciptakan - dan lantas membuang - gas oksigen, antara lain. Atmosfer cincin ini, meskipun paling tipis, terdeteksi dari planet anda oleh Teleskop Luar Angkasa Hubble. Cincin-cincin tersebut menampung massa total yang melulu menambah persentase kecil dari total massa Saturnus. Faktanya, massa total sistem cincin tidak banyak lebih kecil dari bulan Mimas yang berukuran sedang dan dingin.

Penemuan Emas


Bahan buram umumnya dirasakan menyimpan lebih tidak sedikit partikel daripada bahan transparan. Ini telah dikomparasikan dengan teknik air muddier berisi lebih tidak sedikit partikel kotoran daripada air yang lebih jernih. Oleh sebab itu, akan terlihat intuitif bahwa di dalam cincin Saturnus, wilayah yang lebih buram bakal memiliki fokus material yang lebih banyak daripada wilayah di mana cincin tersebut tampaknya lebih transparan.


Namun, apa yang intuitif tidak tidak jarang kali berhasil. Berdasarkan keterangan dari studi terbaru mengenai cincin Saturnus oleh semua astronom yang memakai data dari tujuan Cassini NASA, ada tidak banyak korelasi antara seberapa padat cincin tampak - dalam urusan opacity dan reflektifitas - dan jumlah material yang ditampungnya.

Hasilnya berfokus pada B-ring Saturnus, yang adalahcincin Saturnus yang sangat terang dan sangat buram. Pengamatan ini konsisten dengan riset sebelumnya yang pun menunjukkan hasil yang serupa untuk cincin Saturnus lainnya.

Para astronom mengejar bahwa, sedangkan opacity cincin-B bervariasi dengan jumlah besar pada lebarnya, massa - atau jumlah material - tidak tidak sedikit bervariasi dari satu lokasi ke lokasi lain. Para ilmuwan lantas melanjutkan guna "menimbang" jantung B-ring yang nyaris buram guna kesatu kalinya. Mereka menilai kerapatan massa cincin-B di Cincin Nikah sejumlah titik dengan mempelajari gelombang kerapatan spiral. Gelombang-gelombang ini ialah fitur cincin berskala halus yang terbentuk sebagai hasil dari gravitasi yang unik partikel-partikel cincin yang mengalir terbit dari bulan-bulan Saturnus, dan pun dari tunda gravitasi planet tersebut sendiri. Struktur setiap gelombang pribadi secara langsung tergantung pada jumlah massa di unsur cincin di mana gelombang berada.

"Saat ini jauh dari jelas bagaimana wilayah dengan jumlah bahan yang sama bisa mempunyai kekeruhan yang berbeda. Bisa jadi sesuatu yang berhubungan dengan ukuran atau kepadatan partikel individu, atau barangkali ada hubungannya dengan struktur cincin," Matthew Hedman menyatakan dalam siaran pers 2 Februari 2016 NASA Jet Propulsion Laboratory (JPL). Hedman ialah penulis utama studi ini dan ilmuwan yang berpartisipasi dalam Cassini di University of Idaho, Moscow. Co-peneliti Cassini Dr.

0 Reviews