Baca selengkapnya
Cincin Kawin--Perkembangan penggunaan aliansi berlanjut di Roma kuno setelah penjajahan Mesir. Ternyata material seperti rumput atau alang-alang mudah rusak. Karena itu, mereka mencoba membuat akar, kayu, tulang. Hanya setelah cincin kawin perkembangan seni menempa besi dan logam mereka menggunakan besi atau cincin kawin logam sebagai bahan dasar untuk membuat cincin.
Masyarakat sadar bahwa batu permata (rubi dan safir) akan menjadi lebih menarik jika mereka "melihat" aliansi. Ruby merah melambangkan hati, sedangkan safir melambangkan langit. Setelah itu, dikatakan bahwa berlian layak dijadikan hiasan pernikahan. Karena berlian lebih kuat dari batu lainnya. Sementara cincin kawin posisi besi atau logam secara bertahap digantikan oleh emas dan perak pada abad ke-17, setelah komunitas menjadikan cincin kawin sebagai tanda cinta dalam puisinya, dikatakan orang menggunakan tangan kanannya untuk melakukan segalanya. Karena cincin kawin bagian tangan ini dianggap memiliki kekuatan lebih daripada tangan kiri. Dan mereka menganggap bahwa cincin kawin tidak akan rusak jika berada di tangan kiri. Ya, karena tangan kiri jarang digunakan.
Memang, mitos ini tidak berlaku untuk orang Indonesia dan beberapa negara lain. Mereka percaya bahwa tangan kanan adalah tangan yang sering digunakan dan lebih kuat. Justru karena ini, cincin kawin harus ada di tangan kanan. Karena tangan kanan yang kuat melambangkan pernikahan berdasarkan cinta yang kuat / kuat juga.
0 Reviews